Selasa, 24 Agustus 2010

berkah di bulan Ramadhan

Menarik apa yang dilakukan para sahabat dalam menata kehidupannya setiap tahun. Kalau dalam dunia pendidikan dikenal istilah tahun ajaran, maka tahun ajaran hidup mereka diawali dan diakhiri pada bulan Ramadhan. Seperti diungkap Mualla bin Fadhl, mereka membagi dua belas bulan menjadi dua bagian. Enam bulan pertama mereka memohon kepada Allah agar bisa mendapati bulan Ramadhan dan bisa menjalankan ibadah di dalamnya dengan baik. Sedangkan, pada enam bulan kedua, mereka memohon kepada Allah agar puasa dan semua ibadah yang dilakukan pada bulan tersebut diterima. Ramadhan dijadikan masa pembuktian ibadah lima bulan sebelumnya, sekaligus sebagai masa persiapan menempuh hidup di enam bulan sesudahnya. Wajar bila sahabat menjadikan Ramadhan sebagai munthalaq kurikulum hidup. Pada bulan ini, Allah SWT memberikan berbagai keistimewaan yang tidak diberikan di bulan-bulan lain.


Keistimewaan Ramadhan

Pertama, pintu surga dibuka, sedangkan pintu neraka ditutup.
Disabdakan, Jika telah datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup (HR Bukhari). Hadis ini bisa dipahami apa adanya, yakni pintu surga memang betul-betul dibuka dan pintu neraka ditutup. Atau bisa dipahami bahwa peluang masuk surga begitu besar, karena pada bulan ini, Allah SWT mensyariatkan banyak ibadah yang dapat membawa seseorang ke surga. Sebaliknya, peluang masuk ke neraka kecil, karena peluang bermaksiat kecil. Kedua tafsiran ini bisa diterima.

Kedua, setan dibelenggu.
...dan setan-setan pun dibelenggu. (HR Bukhari). Kalau setan dibelenggu, namun tidak demikian dengan hawa nafsu. Sehingga, potensi melakukan dosa tetap ada, walaupun tidak sebesar di bulan-bulan lain.

Ketiga, meningkatnya derajat ibadah.
Di dalam bulan ini, Allah SWT melipatgandakan derajat ibadah. Satu ibadah wajib dilipatgandakan menjadi tujuh puluh kali ibadah wajib di bulan lain, dan ibadah sunnah dinilai ibadah wajib.

Disabdakan, Barangsiapa bertaqarrub kepada-Nya (di bulan Ramadhan) dengan suatu kebaikan, ia bagaikan melakukan suatu kewajiban di bulan lainnya. Barangsiapa melakukan suatu kewajiban pada bulan ini, maka ia sama dengan orang yang melakukan tujuh puluh kali amalan wajib di bulan lainnya." (HR Ibnu Khuzaimah). Dalam hadis lain dikemukakan satu tasbih di bulan ini sepadan dengan seribu kali tasbih di bulan lain (HR Tirmidzi).

Keempat, dosa-dosa sebelumnya dihapus.
Segala macam ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan menggugurkan dosa. Seperti shalat dan puasa. Mengenai shalat, Rasulullah SAW bersabda, shalat lima waktu, dari Jumat ke Jumat berikutnya, dari Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa di antaranya, apabila ditinggalkan dosa-dosa besar (HR Muslim). Tentang puasa, Rasul bersabda, Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap ridha Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (Muttafaq 'Alaih).

Makna Ramadhan

Agar Ramadhan bermakna, kita harus bersiap diri menyambut kedatangannya. Ada beberapa persiapan yang bisa dilakukan:

Pertama, memupuk kerinduan dan kecintaan terhadap Ramadhan.
Salah satunya dengan berdoa. Rasul mencontohkan sebuah doa menjelang Ramadhan, Allahumma baarik lanaa fii rajaba wa sya'baan, wa ballighnaa Ramadhaan. Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah kemi pada bulan Ramadhan.

Kedua, menyiapkan diri dengan baik.
Hati, akal dan fisik harus dipersiapkan. Hati dipersiapkan dengan memperbanyak ibadah, seperti shalat sunnah, saum sunnah, dzikir, dsb. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW memperbanyak saum sunnah sebulan sebelum Ramadhan. Diceritakan 'Aisyah, Saya tidak melihat Rasulullah menyempurnakan saumnya kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak saumnya kecuali pada bulan Sya'ban (HR Muslim).

Akal dipersiapkan dengan mendalami berbagai ilmu yang terkait dengan Ramadhan. Ilmu dan keikhlasan menjadi faktor penentu diterima tidaknya sebuah amal. Demikian pula ibadah Ramadhan. Tanpa ilmu seseorang berpotensi melakukan kesalahan. Ia menganggap bahwa ia sedang beribadah yang benar, padahal sebaliknya. Fisik juga harus dipersiapkan dengan menjaga kesehatan, kebersihan, olahraga dll. Sehat itu penting karena orang sakit tidak bisa menjalani Ramadhan dengan optimal. Padahal keberkahan Ramadhan dapat diraih, apabila ia mampu beribadah dengan optimal. Tidak lupa, harta juga harus dipersiapkan. Jangan sampai, kekhusyukan ibadah terganggu oleh kesibukan mencari nafkah. Apalagi sampai menganggu sepuluh akhir Ramadhan yang sangat berkah.

Ketiga, merencanakan peningkatan prestasi ibadah dibanding Ramadhan yang lalu.
Buat perencanaan global dan rinci. Tentukan target tiap-tiap ibadah, misalnya khatam Alquran dua kali, menghafal tiga surat panjang, dsb. Selain untuk diri sendiri, buat pula perencanaan aktivitas sosial yang positif seperti memberi makanan pembuka bagi orang miskin, buka bersama dengan anak yatim, mengadakan pengajian Nuzulul Quran, memperbaiki hubungan keluarga, dan lainnya.

Dengan menyiapkan segala sesuatu sebelum kedatangannya, mudah-mudahan kita bisa mencicipi hidangan Allah pada bulan Ramadhan sekaligus meraih keberkahannya. Sebab kesuksesan sebuah perbuatan sangat ditentukan oleh jelasnya tujuan dan matangnya persiapan.

Wallaahu a'lam.

Senin, 31 Agustus 2009


देंगार्कान्लाह......

Isra dan Mi'RAJ


Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW (Shallallahu Alaihi wa Sallam) merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.

Isra Mi'raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi[1] dan mayoritas ulama,[2] Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri[3] menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadhan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban shalat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi'raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj.

Peristiwa Isra Mi'raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda। Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan shalat lima waktu.

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah shalat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.

Rabu, 19 Agustus 2009


violet